7.22.2010

Teknik Belajar Mengajar Cooperative Learning.


1. Mencari Pasangan
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia peserta didik.

2. Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan member siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

3. Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik belajar mengajar beroikir berpasanganberempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknikini member siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bgekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

4. Berkirim Salam dan Soal
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal member siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh tema-teman sekelasnya. Kegiatan berkirim salam dan soal cocok untuk menjelang tes dan ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.


5. Kepala Bernomor
Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini member kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

6. Kepala Bernomor Terstruktur
Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik kepala bernomor terstruktur yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik inimemudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

7. Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik belajar mengajar ini (two stay two stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan dengan teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Struktur dua tinggal dua tamu member kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dantidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kanyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainya. Christoper Columbus tidak akan menemukan benua Amerika jika tidak tergerak oleh penemuan Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Einstein pun berdasarkan pada teori-teori Newton.

8. Keliling Kelompok
Teknik belajar mengajar keliling kelompok bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok memdapatkan kesempatan untuk memebrikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

9. Kancing Gemerincing
Teknik belajar kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik balajar ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekanya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekanya yang dominan. Teknik belajar mengajar ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
10. Keliling Kelas
Teknik belajar keliling kelas bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Namun, jika digunakan untuk anak-anak tingkat dasar, teknik ini perlu disertai dengan manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi kegaduhan.
Dalam kegiatan keliling kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain.

11. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Teknik belajar mengajar lingkaran kecil lingkaran besar (inside-outside circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bias digunakan dalam berbagi mata pelajaran, seperti IPS, agaman,matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain into, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai bnayak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Lingkaran kecil lingkaran besar bias digunakan untuk semua tingkatan anak didik dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak.

12. Tari Bambu
Penulis mengembangkan teknik belajar mengajar tari bamboo sebai modifikasi lingkaran kecil lingkaran besar. Dibanyak kelas, keinginan penulis untukmenggunakan teknik lingkaran besar lingkaran besar tidak dapat terpenuhi karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjag. Tidak cukup ruang didalam kelas untuk membentuk lingkaran linkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar diluar kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memag di tata dengan model klasikal/tradisional. Bahklan banyak penataan tradisional ini bersifat permanen, yaitu meja dan kursi sulit dipindahkan.
Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo yang digunakan dalam tari Bambu Filipina yang juga popular dibeberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bias digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, agama, matematika dan bahasa. Baha pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknim ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mnrolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

13. Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembanghkan oleh Aronson et al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bias digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini bias pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, IPS, matematika, agama, dan bahsa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakangpemgalaman siswa dalam membantu siswa mengatifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mnrolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

14. Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar bercerita berpasangan (Paired Storyteling) dikembangkan sebgai pendekatan interaktif atara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini ini bias digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini bias pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, agama dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan denga n teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini yidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainya.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakangpemgalaman siswa dalam membantu siswa mengatifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk megembangkan kemampuan berfikir dan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorng untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mnrolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar