7.18.2010

SATRIA PINANDHITA

SATRIA PINANDHITA
DI KALA SUMBAGA
Kebangkitan bangsa, kebangkitan nasional. Kebangkitan mahasiswa ditandai dengan pendudukan gedung MPR oleh mahasiswa dan berpuncak pada pesta rakyat atas lengsernya rezim Cendana pertengahan tahun 1998. Sejak kematian tahta hingga kematian raga sang pemegang prinsip Asta Brata (baca: Soeharto) ini, krisis tidak kunjung usai. Mulai dari krisis ekonomi, politik, sosial, kepemimpinan, bahkan krisis moral. Krisis multidimensi, begitulah orang menyebutnya. Tokoh yang selalu saja menjadi sorotan utama yang menempatkan dirinya sebagai penyambung lidah rakyat adalah mahasiswa. Pelajar dengan tingkatan pendidikan tertinggi di negeri ini, semakin menegapkan langkahnya dalam membangun bangsa dan negara yang terlanjur sakit.
Demo, suatu cara yang selalu dijalankan sebagai ujung tombak dalam menyampaikan ketidaksepakatan akan suatu kebijakan. Sekali lagi demo, dianggap sebagai suatu cara dan masih saja diyakini dapat merongrong hati nurani pemerintah agar sadar akan milleu tanggung jawabnya. Mahasiswa identik dengan demo. Satria pendidikan dan satria masa depan ini memang tidak pernah gentar menghadapi dan memberantas penindasan. Oleh sebab itu, kehadiran mahasiswa sebagai Satria Pinandhita senantiasa dinantikan oleh rakyat sebagai pihak yang diharapkan mampu memberikan solusi bagi negara ini. Namun, satria yang bagaimanakah yang diharapkan rakyat? Menoleh ke masa para wali, maka wejangan Sunan Kalijaga tampaknya cukup relevan dengan konteks situasi saat ini. Situasi jaman kaliyuga, jaman yang ditandai dengan angkara murka yang merajalela, kriminalitas, korupsi di mana-mana, penguasa yang lalim, manusia mabuk doa, dan rakyat kecil mengalami kesengsaraan berlipat ganda, suatu ironi bangsa. Berikut wejangan Sunan Kalijaga:
Menehana teken marang wong kang wuta
(berikanlah tongkat kepada orang yang buta)
Menehana mangan marang wong kang luwe
(berikanlah makan kepada orang yang lapar)
Menehana busana, marang wong kang wuda
(berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang)
Menehana ngiyup marang wong kang kodanan
(berikanlah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan)
Apa yang diharapkan dari seorang Satria Pinandhita, adalah keberanian untuk menolong sesama, yang muncul atas kesadaran dirinya sendiri tanpa pamrih. Sekali lagi, pertolongan yang diharapkan adalah pertolongan konkrit sesuai dengan kebutuhan orang yang membutuhkan pertolongan tersebut. Dengan demikian, peningkatan kualitas intelektual, emosional, dan spiritual disertai dengan upaya implementasi secara kontekstual sangat diperlukan dalam rangka pengalihan jaman kaliyuga kepada kala sumbaga, yakni jaman yang ditandai dengan andana (memberi), karena (kesenangan) dan sriyana (tempat baik). Segala kekacauan, kesulitan dan konflik yang terjadi saat ini semoga segera berubah menjadi prediksi yang arif dan dinamis. Artinya keadaan bertambah lebih baik.

1 komentar:

  1. mohon maaf apabila masih banyak kekurangan di sana-sini.

    masih dalam tahap belajar mas mbak....

    BalasHapus